True Romance: Cinta dari Sudut Pandang Tarantino

Syifa Kamila
3 min readFeb 1, 2022

--

True Romance (1993)

Sedikit mendeskripsikan Tarantino karena perannya penting dalam tulisan ini, mengenai sudut pandangnya tentang cinta dan cara-caranya dalam menyampaikan pandangan tersebut dalam film True Romance. Nama panjangnya adalah Quetin Jerome Tarantino, dia merupakan sutradara terkenal asal Amerika Serikat yang memiliki gaya penyutradaraan unik dengan ciri khas non-linear storyline atau film dengan alur semaunya Tarantino. Kebanyakan film Tarantino bergenre crime atau kriminal, penuh pertumpahan darah dan komedi hitam yang cukup kental. Walaupun terkenal sebagai sutradara yang jenius dalam membuat film kriminal, Tarantino memperluas jangkauannya dengan menulis naskah perpaduan kisah kriminal dan drama romansa.

Lewat film True Romance, Tarantino menyajikan perspektifnya tentang cinta yang cukup berbeda dari orang kebanyakan. Bagaimana tidak? kedua tokoh utama yaitu Clarence, seorang pria biasa yang bekerja di sebuah toko penyewaan komik dan Alabama, seorang “perempuan panggilan” yang digambarkan berjiwa bebas dan ekstentrik memutuskan menikah setelah satu malam berkenalan.

Pada saat mereka memutuskan untuk menikah, ada dialog yang begitu membekas buat saya. Dimana Clarence menceritakan bahwa orangtuanya menikah setelah berpacaran tiga tahun lebih namun tetap saja bercerai. Bagi Clarence durasi hubungan bukanlah patokan utama dalam pernikahan? Toh Clarence begitu mencintai Alabama, ia juga merasa cocok dan percaya dengan Alabama, begitu pun sebaliknya.

Setelah menikah, mereka belum merasa bebas karena Alabama masih dalam kuasa muncikarinya yaitu Drexl. Petualangan besar dimulai, Clarence berusaha mengambil barang-barang Alabama dari Drexl yang membuat perkelahian panjang penuh aksi brutal sampai membuat Clarence terluka, namun terbayar tuntas sebab Clarence berhasil membunuh Drexl dengan pistol pas mengenai alat kelaminnya. Sayangnya kekacauan harus berlanjut karena koper yang dikira Clarence berisi pakaian Alabama nyatanya berisi tumpukan kokain. Jangan heran, beginilah ketika Tarantino dan Scott Bersatu.

Film ini tidak menyajikan banyak adegan romantis, bahkan Alabama dan Clarence jarang sekali menggunakan kalimat “I Love You”. Alabama justru lebih memilih mengucapkan “Yo’re So Cool” kepada Clarence. Itulah cara mengungkapkan cintanya pada Clarence.

Selain memberikan konsep pernikahan yang berbeda, Tarantino juga menekankan bahwa cinta sejati tidak melulu soal hubungan yang langgeng bertahun-tahun, melainkan loyalitas lah yang menjadi kemegahan dalam sebuah hubungan yang seringkali digampangkan. Alabama adalah contoh konkret bentuk kesetiaan, dalam keadaan bersimbah darah, lemah dan hampir mati, dia tetap disamping Clarence. Walau dipukul, ditendang dan dilempar ia tetap merahasiakan keberadaan Clarence, jelas ia mengorbankan dirinya sendiri.

Pada penghujung film kita disodorkan adegan jual beli narkoba yang berujung pertikaian gila. Alabama tak sama sekali memilih kabur sendirian, ia mencari dan menyelamatkan Clarence yang terluka.Pahit namun romantis, itulah hal yang paling menggambarkan film ini, harus disepakati Alabama adalah mpv di film ini, karakternya begitu menawan, jelas karakter idaman laki-laki. Ia cantik, memiliki mata biru yang indah, mengenakan pakaian berwarna mencolok dengan legging macan tutul berwarna merah muda atau biru, ia juga memakai rok pendek bermotif sapi dan sepatu boot. Suaranya lembut serta berhati emas. Karakternya memenuhi kriteria manic pixie dream girl, namun ia mendobrak steriotip pada karakternya yang problematik, sebab ia pemberani, tidak takut mati dan mampu bertahan demi melindungi orang yang dicintainya. Perannya krusial bagi Clarence, tanpa Alabama film ini tidaklah spesial.

Tarantino dan perspektif uniknya menyajikan kesimpulan bahwa setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang cinta. Lewat film ini kita diajak membuka mata, cinta itu harusnya tidak egois, seperti ikhlasnya Clarence menerima masa lalu Alabama, begitu pun Alabama yang tetap memilih bersama Clarence walau sempat membahayakan nyawanya. Keduanya sama-sama rela berkorban dan tidak perhitungan. Mungkin karena mereka tahu, hidup mereka tak lagi sama jika berpisah. Tentunya akan menghadirkan banyak penyesalan yang tidak pernah bisa ditebus.

--

--